I.1 LATAR
BELAKANG MASALAH
Begitu banyak pertanyaan yang terlintas
dalam benak kita ketika berbicara tentang kepemimpinan. Pertanyaan yang mendasar
adalah apakah pemimpin itu lahir begitu saja (pemimpin suatu kelompok)? Kalau
singa, sudah dilahirkan menjadi raja hutan, tetapi manusia ada yang memiliki
bakat menjadi pemimpin, belum tentu dapat memimpin dengan baik kalau tidak
disertai dengan ilmu. Untuk menjawab pertanyaan ini ada satu selogan yang dapat
kita jadikan dasar pemikiran agar mempelajari teori kepemimpinan yaitu Semua
manusia dilahirkan kedunia ini untuk memimpin, paling tidak pemimpin dirinya
sendiri. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana seorang pemimpin dapat
membangun dan berpengaruh dalam lingkungan yang dipimpinnya ? Pertanyaan –
pertanyaan ini hanya dapat dijawab dengan menggunakan teori kepemimpinan.
Manusia
adalah makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan
sesama serta dengan lingkungan. Manusia
hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup
dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis antar anggota
kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan &
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah &
memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak
hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun
perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Dengan
berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik &
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2
RUMUSAN MASALAH
Dari latar
belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain :
1. Bagaimana
hakikat menjadi seorang pemimpin?
2. Adakah teori –
teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
3. Apa &
bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
4. Apa &
bagaimana menjadi pemimpin sejati?
5. Bagaimana
hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3 TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
I.
Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam
bentuk karya tulis sebagai upaya lebih meningkatkan pengetahuan
dan kreatifitas mahasiswa.
II.
Agar mahasiswa lebih memahami dan
mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan kearifan lokal.
III.
Memanfaatkan kemajuan teknologi dengan
menggunakan internet khususnya blog sebagai sarana pengumpulan karya tulis ini.
I.4 METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis
ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode
kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan
dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan
dan data–data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya
tulis ini. Akan tetapi, penulis juga mencari referensi melalui
beberapa buku sebagai bahan acuan.
I.5 RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan
kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya tulis ini terbatas pada
pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal.
.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Sering kita
mendengar tentang Pemimpin, Kepemimpinan, dan Kekuasaan. Hal ini pasti terjadi
karena kita hidup di dunia nyata yang penuh dengan orang-orang yang memiliki
ambisi akan 3 hal di atas. 3 hal tersebut selalu berkaitan dan saling
mempengaruhi.
Beberapa
ahli berpendapat tentang Pemimpin, beberapa
diantaranya :
·
Menurut Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
·
Menurut Robert
Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
·
Menurut Prof.
Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang
baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia
sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
·
Menurut Lao
Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
·
Menurut Davis
and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
·
Sedangakn
menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya
Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri
Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang
pemimpin tidak dilihat dari prestasi yang tinggi untuk dirinya
sendiri, tetapi bagaimana Dia menumbuhkan dan mengembangkan segala
yang terbaik dalam diri para bawahannya. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang
baik adalah seseorang yang mendapat amanah dan memiliki sifat, gaya, dan emosi
yang baik dalam mengasuh bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.”The
art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience,
confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang–orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas (
Field Manual 22-100).
Fungsi pemimpin
dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai
Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dan sebagainya.
II.2 TEORI
KEPEMIMPINAN
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
A.
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat–sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan
pengalaman. Sifat–sifat itu antara lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4
sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
a.
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin
yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata–rata dari
pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena
pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengikutnya.
b.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
c.
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d.
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya.
B.
Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa
manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja dan lebih berorientasi pada manusia
sebagai pelaku.
Beberapa tokohnya, antara lain:
1)
Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar
yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self
actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk
memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya
agar timbul kepuasan.
2) Douglas
Mc Gregor (1906-1964)Teori X dan teori Y
Teori X melihat karyawan dari segi
pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan
rewards & punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y
melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan
humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong
pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
C.
Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada
prinsip kemanusiaan. Teori humanistik biasanya dicirikan dengan adanya
suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dipelopori
oleh Argryris, Blake dan Mouton, Rensis
Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat,
secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”. Organisasi
memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi
motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan
dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik,
terdapat tiga variabel pokok, yaitu;
(1). kepemimpinan
yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan,
kebutuhan, dan kemampuannya.
(2). organisasi yang disusun dengan baik agar
tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi
secara keseluruhan.
(3). interaksi yang akrab dan harmonis
antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta
hidup damai bersama-sama.
Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan
menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang
lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard
& Zigarmi, 2001).
Dari adanya
berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni
pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat,
keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda–beda atas
dasar motivasi, kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara
beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward
(baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua
ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi.
II.3 KEPEMIMPINAN
YANG MELAYANI
Merenungkan
kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen
yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika
dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh–sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani.
A. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang
Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak
menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang
muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi
justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang
ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki
kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public
atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang
dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya.
Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun
tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh
pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode Kepemimpinan
Kepala Yang
Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah
diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada
sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
·
Kepemimpinan yang efektif dimulai
dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk
melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang
dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang
yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more
powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong
terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator
perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan
menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang
atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi,
kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah
organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam
mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada
2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya
seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi
organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke
dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
visi itu.
·
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
·
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya,
dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta
mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku
Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode
kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang
pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutkan perilaku seorang pemimpin, yaitu :
·
Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
·
Pemimpin
fokus pada hal – hal spiritual
dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran
adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan
bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih
mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan
dengan status dan kekuasaan semata.
·
Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa
menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan
dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca
Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani
menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan
yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku
Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur
kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman,
menunjukkan pemimpin-pemimpin
yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah
pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas,
terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang
tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun
bagi orang lain.
II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan
hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri
seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran
dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out ).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga,
bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. ” I
don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be
leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”, dikatakan dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal
Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya: Saya tidak berpikir anda menggunakan
bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya
yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering kali
seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan
pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji
bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin.
Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan
hati (humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan
merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru
melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang
rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam
bertahun–tahun.
Seperti yang
dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala–galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan
dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis
kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu:
·
Q berarti
kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ
yang cukup tinggi.
·
Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki
kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
·
Q leader
berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).
·
Q keempat adalah qolbu atau inner self.
Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh–sungguh mengenali dirinya
(qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu
management).
Menjadi seorang
pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh
senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu)
yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman
kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
·
Perubahan karakter dari dalam diri
(character chage).
·
Visi yang jelas (clear vision).
·
Kemampuan atau
kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal
tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan
intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya
dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode
kepemimpinan). Seperti
yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The
only way that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop
growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.”
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tersebut.
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal yaitu spirit lokal genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relatif pelik dan rumit,
Dalam suatu lokal (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang
selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan
suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya.
Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu
menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian
masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah
diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu
menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan lokal masyarakat, setiap masalah yang
muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Contohnya
adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di
Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata
dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini
haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong–gorong
bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan. Sebagai
pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan
sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan
tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik
bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out).
III.2 SARAN
Sangat
diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen Pendidikan
Sugiartono, dkk. 2007. Psikologi
Pendidikan . Yogyakarta State University Press. Yogyakarta.
Kurnia, dkk. 2007. Teknik
Kepemimpinan. http// teknikkepemimpinan.blogspot.com
Dosuanda. 2007. Paradigma
Kepemimpinan. http//Dosuanda.wordpress.com
Locianpwe. 2006. Perkembangan
Konsep Manajemen. http//www.forums_siotao.com
Dr. T. Hani
Handoko, M.B.A. Maret 2003. Dosen Fakultas Ekonomi UGM (MANAJEMEN Edisi 2)